BANYUMAS-Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ibnu Sina Ajibarang, Banyumas, menggelar webinar tentang tinjauan herbal sebagai penaggulangan Covid-19.
Seminar yang diselenggarakan Rabu (8/7) lalu diikuti 157 peserta yang berasal dari civitas akademika STIKES Ibnu Sina dan kalangan akademik dari luar STIKES Ibnu Sina yang ada di Jateng, Jabar, DKI Jakarta dan dari luar Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, NTB dan Sulawesi.
Ketua STIKes Ibnu Sina Ajibarang Adi Susanto SFarm Apt mengatakan , penyelenggaraan webinar kali ini merupakan rangkaian lanjutan dari program pengabdian masyarakat STIKes Ibnu Sina Ajibarang. Sebelumnya kampus yang berada di naungan Nahdlatul Ulama Banyumas tersebut telah memproduksi handsanitizer yang dibagikan ke rumah sakit dan puskesmas serta instansi lainnya di wilayah lingkungan kampus dan sekitarnya.
Sebagai pembicara dalam webinar tersebut adalah dokter Ary Nahdliani Amalia, dosen STIKes Ibnu Sina Ajibarang sekaligus penanggung jawab Klinik Pratama Ajibarang.
Dalam paparannya dokter Ary menyampaikan sejauh ini klaim khasiat produk herbal yang telah disetujui BPOM RI masih sebatas membantu memelihara daya tahan tubuh. Belum pernah yang disetujui untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, termasuk COVID-19.
Menurut dia, yang paling penting dalam upaya pengendalian dan pencegahan Covid-19 adalah dengan meningkatkan ketahanan masyarakat, melalui kesehatan tubuh perorangan. Utamanya melalui kebiasaan hidup sehat yakni menjaga kebersihan, asupan nutrisi yang baik, ditambah dengan penggunaan ramuan herbal atau obat tradisional dan suplemen kesehatan.
Dokter Ari menerangkan simplisia (bahan alamiah sebagai obat) nabati yang bisa dimanfaatkan sebagai antivirus, antiinflamasi dan antioksidan, antara lain sambiloto, meniran, jahe, kunyit, temu lawak. Ada juga buah jambu biji merah.
9600 Spesies
Ia menambahkan banyak bahan obat tradisional (herbal) yang tumbuh di Indonesia. Ada sekitar 9.600 spesies tumbuhan diketahui memiliki khasiat obat. Namun sampai saat ini belum semuanya optimal sebagai obat herbal.
‘’Banyaknya tumbuhan yang memiliki khasiat obat sangat memberi harapan. Apalagi obat herbal tradisional memiliki efek samping yang lebih kecil dan aman bagi tubuh dibanding obat konvensional yang jelas berdampak efek samping,’’ terangnya.
Apalagi, lanjut Ary, sejauh ini belum ada secara terbukti obat konvensional menjadikan antivirus Covid-19, bahkan dari berbagai negara maju sekalipun yang memiliki kasus Covid-19.
Oleh sebab itu, kata dia, obat herbal sangat berpeluang menjadi alternatif. Namun obat tradisional diklaim bukan untuk mengobati secara langsung. Akan tetapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga jika berada di zona merah atau di daerah yang beresiko, perlu mengkonsumsi obat herbal tradisional. (G23)
Sumber: https://suarabanyumas.com/obat-herbal-jadi-alternatif-pencegah-covid-19/